| Seorang warga meletakkan bunga untuk memberi penghormatan kepada para korban kebakaran apartemen di Distrik Tai Po, Hong Kong, Selasa (02/12) |
Kementerian Luar Negeri Indonesia menyatakan 125 Warga Negara Indonesia (WNI) telah dikonfirmasi selamat dalam insiden kebakaran tujuh gedung apartemen di Distrik Tai Po, Hong Kong, pada Rabu (26/11) lalu. Sembilan WNI dinyatakan meninggal dan lima lainnya belum ditemukan.
"Sampai dengan 3 Desember 2025 ... estimasi jumlah WNI yang tinggal di kompleks apartemen adalah 140 orang, sebanyak 125 di antaranya selamat," demikian pernyataan tertulis Kemlu Indonesia, Kamis (04/12).
Seperti dilaporkan Antara, sampai Kamis (04/12), jumlah WNI yang tewas sembilan orang.
Adapun WNI korban selamat yang masih memerlukan penanganan medis di rumah sakit tersisa satu orang, ungkap Kemlu Indonesia.
Dengan demikian, lanjut Kemenlu, ada lima WNI yang masih belum ditemukan dan dipastikan kondisinya.
Kebakaran di tujuh gedung apartemen di Distrik Tai Po, Hong Kong, pada Rabu (26/11), merupakan insiden kebakaran paling mematikan yang terjadi di wilayah itu.
Menurut Antara, 140 WNI yang tinggal di Wang Fuk Court merupakan pekerja migran di sektor domestik, ujar Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Hong Kong.
Kebakaran besar yang melanda kompleks hunian Wang Fuk Court di Tai Po, Hong Kong, Rabu (26/11), menyebabkan sekurangnya 159 orang tewas, 79 orang terluka, dan 31 lainnya masih hilang.
Sebelumnya, Juru Bicara Kemlu RI Yvonne Mewengkang, memastikan KJRI Hong Kong telah membentuk tim koordinasi keluarga untuk membantu pemulangan jenazah WNI korban kebakaran apartemen.
Kata dia, tim tersebut bertugas memastikan semua informasi yang diperlukan maupun pertanyaan dari keluarga WNI yang tewas dalam kebakaran di Hong Kong itu dapat terpenuhi.
Terkait proses identifikasi jenazah korban kebakaran, Yvonne mengatakan bahwa sejumlah korban WNI telah berhasil diidentifikasi.
Namun, identifikasi sejumlah korban lainnya, kemungkinan memerlukan sampel DNA dari keluarga untuk mempermudah prosesnya.
Mengingat proses identifikasi maupun koordinasi dengan pihak setempat masih berjalan, Jubir Kemlu itu berkata bahwa kapan jenazah WNI tersebut dapat direpatriasi dari Hong Kong ke Indonesia masih belum dapat ditentukan.
Terdapat 155.000 pekerja migran Indonesia di Hong Kong, per Desember 2024, menurut KJRI.
Pelbagai komunitas dan organisasi buruh migran di Hong Kong turut mendukung pencarian korban.
"Kami masih menggalang data dan berkoordinasi dengan teman-teman pekerja dari Indonesia," kata Sringatin.
Berdasarkan reportase jurnalis BBC di lokasi kejadian, banyak orang cemas menunggu kabar dan kondisi kerabat mereka di sekitar apartemen yang terbakar.
Seorang laki-laki menangis tersedu-sedu saat berbicara kepada media lokal. Dia belum mendengar kabar dari istrinya, yang terjebak di dalam apartemen bersama kucingnya.
Di sampingnya, seorang laki-laki lain terus berbicara kepada para wartawan. Dia menitikkan air mata saat mempertanyakan mengapa api menyebar begitu cepat.
"Apa penyebab unit itu dipenuhi asap hanya dalam 10 menit?" tanyanya.
"Bagaimana ini bisa terjadi. Tidak ada kesempatan bagi orang-orang untuk keluar hidup-hidup," ujarnya.
Jumlah korban jiwa yang tercatat saat ini sudah melampaui jumlah korban kebakaran hebat di Sham Shui Po pada Agustus 1962, yang menewaskan 44 orang dan menyebabkan ratusan lainnya kehilangan tempat tinggal di kota tersebut.
Dalam kejadian tahun 1962 itu, sekitar 22,7 kilogram kembang api yang disimpan lokasi kejadian menyebabkan api menyebar dengan cepat ke lantai atas, menurut South China Morning Post kala itu.
Pada November 1996, kebakaran di Gedung Garley di Kowloon menewaskan 41 orang dan melukai 81 orang lain.
Kebakaran paling mematikan di Hong Kong terjadi pada tahun 1948. Saat itu kebakaran dipicu ledakan di lantai dasar sebuah gudang lima lantai yang berisi "barang berbahaya". Kebakaran tersebut menewaskan 176 orang.